Jumat, 31 Januari 2020

DAURAH 2 HARI BAHASA ARAB METODE AS SYAFAQ UNTUK BISA BACA ARAB GUNDUL

Bismillahirrahmaanirrahim
Segala puji milik Allah Subhanahu Wata'ala yang telah memberikan banyak karunia kepada hamba hambaNya semenjak kelahirannya hingga saat kematiannya kelak. Shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk suritauladan kehidupan, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Setelah berhasil menyelenggarakan daurah bahasa arab al Qur'an pada bulan januari yang telah lalu, in syaa a Allah pada bulan februari 2020, akan diselenggarakan kembali daurah sejenis. Daurah ini fokus kepada proses transformasi metodologi membaca tulisan arab yang tidak berharakat kepada masyarakat yang sebelumnya pernah ikut belajar metode as syafaq. Pengkhususan peserta kepada mereka yang pernah belajar metode ini dimaksudkan untuk menguatkan kembali ingatan mereka tentang kemudahan metodologi saat diaplikasikan dalam praktek membaca kitab kitab turats yang ditulis dengan tulisan arab tanpa syakal atau harakat. Sekaligus guna mengenali faktor faktor kesulitan apa saja yang menjadikan mereka merasa sulit saat berinteraksi dengan tulisan tulisan arab tanpa harakat.

harapannya, jika proses transformasi ini berjalan dengan baik dengan teridentifikasi permasalahan permasalahan yang seringkali menjadi kendala bagi pelajar saat belajar membaca tulisan arab tanpa syakal, in syaa a Allah, metode ini akan diterapkan kepada mereka yang awam akan ilmu ilmu alat, semisal nahwu sharaf dan balaghah.

wallahu al muwafiq ilaa aqwami ath thariq, walhamdulillahirabbil 'Aalamin.
Akhukum Fillahi, Miftahudin.


Selasa, 23 Juni 2009

Mengenal Imam Buhori rahimahullah

Mengenal Imam al-Bukhari
Written by Redaksi2
Saturday, 19 July 2008 09:43

Muhammad Ibnu Abi Hatim berkata, “Saya terilham/menghafal hadits ketika masih dalam asuhan belajar.” Lalu saya bertanya, “Umur berapakah anda pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Sepuluh tahun atau kurang.” (Riwayat al-Farbari dari Muhammad Ibnu Abi Hatim, seorang juru tulis al-Imam al-Bukhari).

Suatu ketika al-Imam al-Bukhari tiba di Baghdad. Kehadiran beliau didengar oleh para ahlul hadits negeri itu. Maka, berkumpullah mereka untuk menguji kehebatan hafalan beliau tentang hadits. Syahdan para ulama tersebut sengaja mengumpulkan seratus buah hadits. Susunan, urutan dan letak matan serta sanad seratus hadits tersebut sengaja dibolak-balik. Matan dari sebuah sanad diletakkan untuk sanad lain, sementara suatu sanad dari sebuah matan diletakkan untuk matan lain dan begitulah seterusnya. Seratus buah hadits itu dibagikan kepada sepuluh orang tim penguji, hingga masing-masing mendapat bagian sepuluh buah hadits.

Maka tibalah ketetapan hari yang telah disepakati. Berbondong-bondonglah para ulama dan tim penguji itu, serta para ulama dari Khurasan dan negeri-negeri lain serta penduduk Baghdad menuju tempat yang telah ditentukan.

Ketika suasana majlis telah menjadi tenang, salah seorang dari kesepuluh tim penguji mulai memberikan ujiannya. Beliau membacakan sebuah hadits yang telah dibolak-balik matan dan sanadnya kepada al-Imam al-Bukhari. Ketika ditanyakan kepada beliau, al Imam al-Bukhari menjawab, “Saya tidak kenal hadits itu.” Demikian seterusnya satu persatu dari kesepuluh hadits penguji pertama itu dibacakan, dan al-Imam al-Bukhari selalu menjawab, “Saya tidak kenal hadits itu.”

Beberapa ulama yang hadir saling berpandangan seraya bergumam, “Orang ini berarti faham.” Akan tetapi ada di kalangan mereka yang tidak mengerti, hingga menyimpulkan bahwa al-Imam al-Bukhari terbatas pengetahuannya dan lemah hafalannya.

Orang kedua maju. Beliau juga melontarkan sebuah hadits yang telah dibolak-balik sanad dan matannya, yang kemudian dijawab pula, “Saya tidak kenal hadits itu”. Begitulah, orang kedua ini pun membacakan sepuluh hadits yang menjadi bagiannya, dan seluruhnya dijawab beliau, “Saya tidak kenal hadist itu.”
Begitulah selanjutnya orang ketiga, keempat, kelima hingga sampai orang kesepuluh, semuanya membawakan masing-masing sepuluh hadits yang telah dibolak-balik matan dan sanadnya. Dan al-Imam al-Bukhari memberikan jawaban tidak lebih daripada kata-kata, “Saya tidak kenal hadits itu.”

Setelah semuanya selesai menguji, beliau kemudian menghadap orang pertama seraya berkata, “Hadits yang pertama anda katakan begini, padahal yang benar adalah begini, lalu hadits anda yang kedua anda katakan begini padahal yang benar seperti ini. Begitulah seterusnya hingga hadits kesepuluh disebutkan oleh beliau kesalahan letak sanad serta matannya, dan kemudian dibetulkannya kesalahan itu hingga semua sanad dan matannya menjadi benar kedudukannya.

Demikian pula seterusnya yang dilakukan oleh al-Bukhari kepada para penguji berikutnya hingga sampai kepada penguji kesepuluh. Maka, orang-orang pun lantas mengakui serta menyatakan kehebatan hafalan serta kelebihan beliau. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani mengatakan, “Yang hebat bukanlah kemampuan al-Bukhari dalam mengembalikan kedudukan hadits-hadits yang salah, sebab beliau memang hafal, tetapi yang hebat justru hafalnya beliau terhadap kesalahan yang dilakukan oleh para penguji tersebut secara berurutan satu persatu hanya dengan sekali mendengar.”

Siapakah al-Imam al-Bukhari
Beliau adalah Abu Abdillah, bernama Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ja’fi. Kakek moyang Bardizbah (begitulah cara pengucapannya menurut Ibnu Hajar al-‘Asqalani) adalah orang asli Persia. Bardizbah, menurut penduduk Bukhara berarti petani. Sedangkan kakek buyutnya, al-Mughirah bin Bardizbah, masuk Islaam di tangan al-Yaman al-Ja’fi ketika beliau datang di Bukhara. Selanjutnya nama al-Mughirah dinisbatkan (disandarkan) kepada al-Ja’fi sebagai tanda wala’ kepadanya, yakni dalam rangka mempraktekkan pendapat yang mengatakan, bahwa seseorang yang masuk Islam, maka wala’nya kepada orang yang mengislamkannya.

Adapun mengenai kakeknya, Ibrahim bin al-Mughirah, Ibnu Hajar al-‘Asqalani mengatakan, “Kami tidak mengetahui (menemukan) sedikit pun tentang kabar beritanya.” Sedangkan tentang ayahnya, Ismail bin Ibrahim, Ibnu Hibban telah menuliskan tarjamah (biografi)-nya dalam kitabnya ats-Tsiqat (orang-orang yang tsiqah/terpercaya) dan beliau mengatakan, “Ismail bin Ibrahim, ayahnya al-Bukhari, mengambil riwayat (hadits) dari Hammad bin Zaid dan Malik. Dan riwayat Ismail diambil oleh ulama-ulama Irak.” Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani juga telah menyebutkan riwayat hidup ismail ini di dalam Tahdzibut Tahdzib. Ismail bin Ibrahim wafat ketika Muhammad (al-Bukhari) masih kecil.

Kelahiran Dan Wafatnya
Dilahirkan di Bukhara, sesudah shalat Jum’at pada tanggal 13 Syawal 194 H. Beliau dibesarkan dalam suasana rumah tangga yang ilmiah, tenang, suci dan bersih dari barang-barang haram. Ayahnya, Ismail bin Ibrahim, ketika wafat seperti yang diceritakan oleh Muhammad bin Abi Hatim, juru tulis al-Bukhari, bahwa aku pernah mendengar Muhammad bin Kharasy mengatakan, “Aku mendengar bahwa Ahid Hafs berkata, “Aku masuk menjenguk Ismail, bapaknya Abu Abdillah (al-Bukhari) ketika beliau menjelang wafat, beliau berkata, “Aku tidak mengenal dari hartaku barang satu dirham pun yang haram dan tidak pula satu dirham pun yang syubhat.”

Al-Bukhari wafat di Khartank sebuah desa di negeri Samarkhand, malam Sabtu sesudah shalat Isya’, bertepatan dengan malam Iedul fitri, tahun 256 H dan dikuburkan pada hari Iedul Fitri sesudah shalat Zhuhur. Beliau wafat dalam usia 62 tahun kurang 13 hari dengan meninggalkan ilmu yang bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah.

Pertumbuhan Dan Perkembangannya
Ketika ayahnya wafat, beliau masih kecil, sehingga beliau besar dan dibesarkan dalam asuhan ibunya. Beliau mencari ilmu ketika masih kecil dan pernah menceritakan tentang dirinya seperti disebutkan oleh al-Farbari dari Muhammad bin Abi Hatim. Muhammad bin Abi Hatim berkata, “Aku pernah mendengar al-Bukhari mengatakan, “Aku diilhami untuk menghafal hadits ketika masih dalam asuhan mencari ilmu.” Lalu aku bertanya, “Berapa umur anda pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Sepuluh tahun atau kurang… dan seterusnya hingga perkataan beliau, “Ketika aku menginjak umur enam belas tahun, aku telah hafal kitab-kitab karya Ibnul Mubarak dan Wakil. Dan aku pun tahu pernyataan mereka tentang Ash-hab (Ahlu) ra’yu”. Beliau berkata lagi, “Kemudian aku berangkat haji bersama ibuku dan saudaraku, setelah menginjak usia delapan belas tahun, aku telah menyusun kitab tentang sahabat dan tabi’in. Kemudian menyusun kitab tarikh di Madinah di samping kuburan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Semenjak kecil beliau sibuk menggali ilmu dan mendengarkan hadits dari berbagai negeri, seperti di negerinya sendiri. Dan beliau telah beberapa kali mengunjungi Baghdad, hingga penduduk di sana mengakui kelebihannya dan penguasaannya terhadap ilmu riwayah dan dirayah.

Begitulah, singkatnya beliau telah mengunjungi berbagai kota di Irak dalam rangka mencari ilmu hadits dari tokoh-tokoh negeri tersebut, misalnya Bashrah, Balkh, Kufah dan lain-lain. Beliau telah mendengarkan dan menggali hadits dari sejumlah banyak tokoh pembawa hadits. Diriwayatkan oleh Muhammad bin Abi Hatim, bahwasanya beliau berkata, “Aku tidak pernah menulis melainkan dari orang-orang yang mengatakan bahwa al-Iman adalah ucapan dan tindakan.”

Jumlah Hadits Yang Dihafal
Muhammad bin Hamdawaih mengatakan, “Aku mendengar al-Bukhari berkata, bahwa aku hafal seratus ribu hadits shahih dan dua ratus ribu hadits tidak shahih.”

Kitab-Kitab Yang Disusun
Yang paling pokok adalah kitab al-Jamiush shahih (Shahihul Bukhari) yaitu kitab hadits tershahih diantara kitab hadits lainnya. Selain itu beliau menyusun juga ktiab al-Adabul Mufrad, Raf’ul Yadain fish Shalah, al-Qira’ah khalfal Iman, Birrul Walidain, at-Tarikh ash-Shagir, Khalqu Af’aalil ‘Ibaad, adl-Dlu’afa (hadits-hadits lemah), al-Jaami’ al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, Kitabul Asyribah, Kitabul Hibab, Asaami ash-Shahabah (Nama-nama para shahabat) dan lain sebagainya.

Contoh Kekaguman Orang Terhadap Al-Bukhari
Al-Imam al-Bukhari rahimahullah, merupakan barometer bagi guru-gurunya dan manusia yang tahu dan hidup pada zamannya maupun sesudahnya. al-Imam al-Hafizh adz-Dzahabi dan al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani telah menyebutkan secara khusus tentang pujian dan jasa-jasa beliau dalam kitabnya masing-masing. Adz-Dzahabi dalam Tadzkiratul huffaazh dan Ibnu Hajar dalam Tahdzibut Tahdzib.

Berikut ini beberapa contoh pujian dan kekaguman mereka. Muhammad bin Abi Hatim mengatakan, bahwa aku mendengar Yahya bin Ja’far al-Baikundi berkata, “Seandainya aku mampu menambahkan umur Muhammad bin Ismail (al-Bukhari) dengan umurku, niscaya aku lakukan sebab kematianku hanyalah kematian seorang sedangkan kematiannya berarti lenyapnya ilmu.”

Raja’ bin Raja’ mengatakan, “Dia, yakni al-Bukhari, merupakan satu ayat di antara ayat-ayat Allah yang berjalan di atas permukaan bumi.”

Abu Abdullah al-Hakim dalam Tarikh Naisabur berkata, “Dia adalah Imam Ahlul hadits, tidak ada seorang pun di antara Ahlul Naql yang mengingkarinya.”

Shahihul Jami’ Atau Shahih Bukhari
Seluruh hadits yang termuat di dalamnya adalah hadits-hadits shahih yang telah tetap dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan semua Mu’allaqaat dalam Shahih al-Bukhari dinyatakan shahih oleh para ulama Ahlul hadits. Adapun contoh pernyataan ulama tentang Shahih al-Bukhari seperti dikatakan al-Hafizh Ibnu Katsir dalam al-Bidaayah wan Nihaayah, “Para ulama telah bersepakat menerimanya (yakni Shahihul Bukhari) dan menerima keshahihan apa-apa yang ada di dalamnya, demikian pula seluruh ahlul Islam.”

Jadi di samping Shahih Muslim, Shahih al-Bukhari adalah kitab tershahih nomor dua setelah al-Qur’an sebagaimana disebutkan dan disepakati oleh para ulama, di antaranya oleh as-Subakti.

Terusirnya Imam Al-Bukhari Dari Bukhara
Ghonjar mengatakan dalam kitab Tarikhnya, “Aku mendengar Ahmad bin Muhammad bin Umar berkata, “Aku mendengar Bakar bin Munir mengatakan, “Amir Khalid bin Ahmad Adz-Dzuhail, amir penguasa Bukhara, mengirim utusan kepada Muhammad bin Ismail, yang isinya, “Bawalah padaku kitab Jaami’ush Shahih dan at-Tarikh supaya aku bisa mendengar dari kamu.” Maka, berkatalah al-Bukhari kepada utusan tersebut, “Katakanlah kepadanya bahwa sesungguhnya aku tidak akan merendahkan ilmu dan aku tidak akan membawa ilmuku itu ke hadapan pintu para sultan. Apabila dia butuh (jika ilmu itu dikehendaki), maka hendaknya dia datang kepadaku di masjidku atau di rumahku. Kalau hal ini tidak menyenangkan wahai sultan, maka laranglah aku untuk mengadakan majlis ilmu, supaya pada hari kiamat aku punya alasan di hadapan Allah bahwa aku tidak menyembunyikan ilmu.” Ghonjar mengatakan, “Inilah yang menyebabkan terjadinya krisis di antara keduanya.”

Al-Hakim berkata, “Aku mendengar Muhammad bin al-‘Abbas adh-Dhobby mengatakan, “Aku mendengar Abu Bakar bin Abu Amr berkata, “Perginya Abu Abdillah al-Bukhari dari negeri Bukhara disebabkan Khalid bin Ahmad Khalifah bin Thahir meminta beliau untuk hadir di rumahnya supaya membacakan kitab at-Tarikh dan al-Jaami’ush Shahih kepada anak-anaknya, tapi beliau menolak. Beliau katakan, “Aku tidak mempunyai waktu jika hanya orang-orang khusus yang mendengarkannya (mendengarkan ilmuku, pen). Maka Khalid bin Ahmad meminta tolong kepada Harits bin Abi al-Warqa` dan lainnya dari penduduk Bukhara untuk bicara mempermasalahkan madzhabnya. Akhirnya Khalid bin Ahmad mengusir beliau dari Bukhara.

Demikianlah sekelumit tentang Imam Bukhari, beliau juga pernah difitnah sebagai orang yang mengatakan, bahwa bacaanku terhadap al-Qur’an adalah makhluk. Padahal beliau tidak mengatakan demikian dan bahkan secara tegas beliau membantah bahwa orang yang membawa berita tersebut adalah pendusta. Beliau bahkan mengatakan, “Bahwa al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk, sedangkan perbuatan-perbuatan hamba adalah makhluk.” (lihat Hadyu as-Sari Muqadimah Fathul Bari bagian akhir halaman 490-491). Wallahu a’lam.

SUMBER: Majalah as-Sunnah, no.02/Th.I, Jumada Tsani-Rajab 1413 H/Desember 1992 M,

Minggu, 11 Januari 2009

Kamus Mudah Belajar Bahasa Arab Al Qur'an

Bismillahirrahmaanirrahim,
Lafadz dalam al Qur'an memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya. baik yang ada dalam satu ayat maupun ayat di surat lainnya. Dengan adanya hubungan tersebut, ini memberikan kemudahan bagi siapa saja yang mau belajar bahasa arab (spt:menterjemahkan) al Qur'an. Dengan memahami arti suatu lafadz berdasarkan bentukannya (Kaidah Shorfiyah), seseorang dapat memahami lafadz lafadz lainnya yang seakar dengan kata asalnya.
Untuk membuktikan adanya hubungan suatu lafadz dengan lafadz lainnya yang ada di ayat atau surat lain, Smart-Q bermaksud untuk membuat kamus Bahasa Arab Al Qur'an Praktis yang dibuat berdasarkan keragaman lafadz yang ada di Juz 1,2,3 dan 30. Rencananya, kamus ini bisa diselesaikan sebelum bulan Romadhon 1430 H. Tetapi, karena beberapa kesibukan yang berjalan, kamus tersebut tertunda hingga kini (rabi'ul Tsani 1431 H). sebagai informasi, kamus tersebut baru masuk ketahap pertama dari empat tahap yang direncanakan. walau bagaimanapun, semoga Allah SWT memberikan banyak kemudahan dalam penyelesaian kamus ini, Insya Allah, Amien.
Adapun bentuk kamusnya, akan dibuat dengan ukuran kertas A4 dengan tulisan berwarna sebagaimana standar warna yang berlaku dalam Methode Asy Syafaq ini.
Alhamdulillahirabbil'aalamin.

Selasa, 16 Desember 2008

Pelatihan BERBUAH AL QUR'AN

Bismillahirrahmaanirrahim,
Alhamdulillahirabbil 'Aalamin, berkat karunia dan rahmat Allah SWT serta adanya bantuan dana dari mushoddiqin yang budiman, Smart Qur'an Center telah mengadakan PELATIHAN BERSUBSIDI PENGUASAAN METODE ASY SYAFAQ di belakang Pasar Permai Cikampek pada hari Sabtu - Ahad, 15-19 Dzulhijjah 1429 H atau bertepatan dengan tanggal 13-14 Desember 2008 kemarin. Tentang kegiatan pelatihan ini, silahkan klik Dokumentasi Smart Qur'an.

Alhamdulillahirabbil 'Aalmin.

Kamis, 04 Desember 2008

Ketika Diri Berbuah Al Qur'an

Bismillahirrahmaanirrahim,
Berdasarkan hadits riwayat Buhori (4639) dari Sahabat Utsman radhiyallahu 'anhu, disebutkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda: "Sebaik baik kamu adalah orang yang belajar al Quran dan mengajarkannya kepada orang lain", dapatlah dipahami, bahwa berinteraksi dengan al Qur'an baik dalam bentuk pembacaannya, mengkaji maknanya, mengambil ibrah dan mauizhot (nasihat) dari kandungan isinya adalah amaliah yang dapat membentuk kepribadian manusia menjadi "sebaik baik pribadi"; Khoirukum. Dan proses tersebut, adalah 'amaliah' yang digemari oleh generasi salafus sholih, sehingga masa mereka menjadi masa yang terbaik dalam sejarah kehidupan manusia. Kebaikan tersebut bisa disaksikan dari masa Rasulullah Saw hingga masa kejayaan Islam di era kekhalifahan. Lalu, bagaimana dengan sekarang?!
Alhamdulillah, disebagian masyarakat, kecenderungan menjadikan al Qur'an sebagai bahan kajian utama dalam ta'lim-ta'lim telah tampak. Ini menandakan 'kebaikan masyarakat' tersebut masih ada.
Menjadi pribadi terbaik, adalah harapan kita semua. Oleh karenanya, menjadi kewajiban setiap diri untuk merealisasikannya dalam proses interaksi qur'ani yang berkelanjutan hingga tiba di titik minimal kebaikan, yaitu mampu membaca al Qur'an dengan baik dan benar hingga titik maksimalnya, yaitu menjadi pribadi yang mampu menjadikan dirinya sebagai representasi dari nilai dan ajaran al Qur'an sebagaimana diri Rasulullah Shollallahu 'alaihi Wasallam yang menurut Aisyah Ummahatul Mu'minin radhiyallahu 'anhaa bahwa perilaku beliau adalah al Qur'an. "كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآن" . Musnad Ahmad, hadits no.23460.
Berbuah Al Qur'an
Berbuah al Qur'an merupakan singkatan dari Berantas Buta Arti Huruf Al Qur'an, adalah suatu gerakan keagamaan -berbasis kepada moral dan sosial- yang dicanangkan oleh Smart-Q bagi anda (dermawan/wati) yang mau bershodaqoh/ infaq guna terselenggaranya pelatihan -bersubsidi ataupun gratis- pemberantasan buta arti huruf al Qur'an methode Asy Syafaq ini.
Dengan adanya gerakan ini, orang yang tidak mampu memiliki kesempatan sama dengan mereka yang mampu dalam hal belajar al Qur'an. Hal ini disebabkan, untuk terselenggaranya suatu pelatihan, dibutuhkan dana yang -bagi sebagian besar masyarakat, beaya Rp. 350.000,- dirasa besar. Sedangkan, bagi mereka yang mampu, beaya tersebut amatlah murah dan tak sebanding dengan manfaat yang akan diraihnya, yaitu memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat kelak.
Dengan adanya program ini, Insya Allah, kebaikan yang timbul dari adanya proses pembelajaran ini akan dapat tersebar merata dikalangan masyarakat.
Dan bagi mereka yang bersedeqah/ berinfaq untuk program ini, Insya Allah, baginya telah disediakan oleh-Nya pahala yang berlipat ganda, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT Qs. Al Baqoroh (2): 261 berikut ini:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Perumpamaan orang orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui".
Disamping itupun, mereka juga akan mendapat bagian kebaikan dari orang orang yang dibiayainya. Dalam kondisi seperti inilah, mereka sedang 'berbuah al Qur'an', yaitu sebuah proses berkembangbiaknya suatu kebajikan menjadi beberapa kebajikan. Satu orang yang dibiayainya akan berbalik memberikan baginya 10 kebaikan sampai 700 kebaikan!! Subhaanallah! Lalu, hitunglah sendiri, berapa kebaikan yang akan diperolehnya jika ia tidak hanya membiayai satu (1) orang, melainkan dua (2) hingga sepuluh (10) orang? Kiranya, hanya Allah sajalah yang mengetahuinya, Wallahu A'lamu bis Showab.
Akhirnya, ayo, Bebaskan masyarakat muslim dari buta arti kitab sucinya! agar mereka terbebaskan dari belenggu kejahiliyahan yang selama ini menjerumuskan mereka dalam aneka kemaksyiatan dan penyimpangan aqidah.
Alhamdulillahirabbil 'aalmin.

Rabu, 03 Desember 2008

Konsep Dasar Belajar Bahasa Arab Al Quran Di Smart-Q

Bismillahirrahmaanirrahim,
Konsep yang menjadi dasar pembelajaran Bahasa Arab di Smart-Q yang pertama adalah "Mengidentifikasi jumlah kata (lafadz) yang membentuk suatu kalimat (disebut Jumlah)". Sebagai contoh adalah kalimat berikut: AL MUSLIMUUNA YUSHOLLUUNA FI MASAAJIDIHIM ; yang berarti: "Orang orang muslim itu mendirikan sholat di Masjid masjid mereka". Untuk bisa menterjemahkan kalimat di atas, maka hendaknya pembaca harus mengenal terlebih dahulu jumlah kata/ lafadz yang terdapat di kalimat / jumlah tersebut. Ada lima (5) kata/lafadz dalam kalimat tersebut, yaitu: AL MUSLIMUUNA , YUSHOLLUUNA , FI, MASAAJIDI, dan HIM. Adapun konsep dasar yang kedua adalah "Mengenal struktur suatu kata yang terdapat dalam kalimat tersebut". Suatu kata/ lafadz dalam Al Quran, terdiri dari dua bentuk lafadz, yaitu lafadz mandiri dan lafadz bentukan. Dalam contoh kalimat di atas, yang termasuk lafadz mandiri hanyalah FI; berarti "pada, di dalam" dan HIM; berarti "Mereka; Kata ganti orang ketiga laki laki yang banyak" . Sedangkan lafadz ALMUSLIMUUNA ,YUSHOLLUUNA , dan MASAAJIDI adalah lafadz bentukan yang struktur lafadznya terdiri dari awalan, kata asal dan akhiran. Dengan diketahuinya "kata asal"nya, maka pembaca dapat menetapkan artinya berdasarkan pengetahuan arti dari kata asalnya, yaitu SALIMA, SHOLLA dan SAJADA.
Namun, sebelumnya ada dua hal yang harus dikuasai oleh setiap pembaca, yaitu: Penguasaan terhadap huruf huruf hijaiyyah dan kedua pemahaman terhadap istilah lafadz itu sendiri. lafadz dalam bahasa Arab adalah "HURUF BERHAROKAT YANG BERMAKNA, BAIK BERMAKNA KARENA SENDIRIAN, BERDUA ATAU BERGABUNGNYA BEBERAPA HURUF BERHAROKAT". PENGGABUNGAN HURUF TERSEBUT, BISA BERUPA PENGGABUNGAN DUA HURUF MANDIRI SEPERTI ALIF BERFATHAH DENGAN LAM DISUKUN PADA KATA AL MUSLIMU, FA BERKASROH DAN YA DISUKUN PADA KATA FIE; ATAU BISA JUGA BERGABUNGNYA HURUF HURUF TERTENTU DENGAN LAFADZ ASAL SEPERTI PADA KATA AL + MU+ SALIMU = AL MUSLIMU. Dimana kebanyakan lafadz asalnya terdiri dari tiga huruf.
Dengan belajar di Smart-Q , pembaca yang masih awam terhadap tulisan arab - sebagai dasar penulisan al Qur'an, dilatih untuk bisa mengidentifikasi lafadz lafadz tersebut dengan cara yang praktis. Kata 'Praktis' dimaksudkan sebagai penjelas, bahwa dalam methode ini, pembaca tidak dilatih dengan menggunakan methode konvensional pembelajaran bahasa arab yang lebih mengedepankan hapalan. Akan tetapi, pembaca akan dilatih kemampuannya dalam mengidentifikasi lafadz melalui proses pewarnaan huruf lafadznya. Sehingga, dengan diketahuinya simbol warna yang melekat pada suatu huruf yang ada pada lafadz, seseorang sudah bisa memprediksikan arti yang ada dalam lafadz tersebut.
Anda tertarik, segera daftarkan diri anda melalui koordinator pelatihan yang ada.

Selamat bergabung!.
Walhamdulillahirabbil 'Aalamin.

Rabu, 26 November 2008

Mudahnya belajar bahasa arab Al Quran



Bogor, 25 Agustus 2009 M./ 4 Ramadhan 1430 H.
Bismillahirrahmaanirrahim
KEMUDAHAN DALAM BELAJAR BAHASA ARAB AL QUR'AN
MUQODDIMAH
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk memudahkan urusan. Isi dari sabda tersebut adalah "Yassiruu Wa Laa Tu'assiruu", yang berarti "Permudahlah dan janganlah kalian mempersulit...". HR. Muslim (no.3262/Juz 9/152 Bab Fil Amri bi At Taisir..)
Perintah Rasul ini telah menjadi inspirasi banyak orang untuk membuat aneka karya inovatif yang bertujuan mempermudah urusan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Mobil, adalah karya inovatif manusia yang bertujuan mempermudah terjadinya perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain. Dengan kemajuan tekhnologi yang tercipta, maka proses perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain, bukan hanya mudah tetapi juga menyenangkan dan menenangkan. Bahkan jarak yang ratusan kilometer dapat ditempuh dengan mudah dan cepat.
Demikian halnya dengan kemudahan yang dibuat dalam proses pembelajaran. Ada banyak methode yang telah dibuat orang untuk mempermudah para pelajar dalam mempelajari suatu keilmuan. Salah satu methode yang dibuat untukmempermudah pembelajaran al Qur'an adalah "As Syafaq", yaitu methode belajar memahami arti huruf al Quran dengan warna.
Untuk memfasilitasi pengembangan methode ini, maka dibuatlah suatu lembaga yang diberi nama SMART-QUR'AN (disingkat Smart-Q) yang merupakan kependekan dari "Solusi Memahami Arti Tulisan (Al) Qur'an ", dengan motto : Cerdaskan diri dengan Al Qur'an. Karena sesungguhnya, dengan mempelajari al Qur'an, manusia dapat meningkatkan kecerdasannya. Bahkan, dengan intensitas, kesungguhan dan keimanan, niscaya Allah SWT akan membimbingnya langsung untuk mendapatkan beberapa pemahaman dari kajian dan pembelajarannya terhadap al Qur'an. Ini sebagaimana isi akhir ayat 282 Qs. Al Baqoroh berikut ini: "... Wattaqullah Wayu'allimukumullah", yang berarti " ..bertaqwalah kepada Allah, Allah akan mengajarimu".

KARAKTERISTIK METHODE
Sebagai suatu methode yang baru, methode ini belum dikenal banyak orang. Walaupun kalau dilihat dari penggunaan warna di tulisan al Qur'an, cara ini bukanlah sesuatu yang baru. Hal ini dibuktikan dari banyaknya al Quran berwarna yang beredar di pasaran (toko buku). Pada al Qur'an tersebut, warna digunakan untuk menandai adanya "cara membaca yang berbeda dari tulisannya". Cara membaca ini, masuk dalam kategori "ilmu Tajwid".
Berbeda dengan tujuan pewarnaan di atas, As Syafaq adalah suatu methode mempelajari arti yang terkandung dalam suatu lafadz (kata) al Quran dengan cara mempresentasikan adanya karakteristik makna pada setiap lafadz dengan warna warna yang ada pada huruf dan harokatnya. Dengan adanya perbedaan warna huruf dan harokat yang ada, para pelajar diajak untuk beradaptasi dengan makna yang ada dalam al Qur'an. Sehingga, begitu membaca tulisan hurufnya, langsung ada stimulan pada otak pembaca mengklasifikasikan kategori makna yang terkandung pada tulisan tersebut.
Adapun warna utama yang digunakan untuk merepresentasikan makna yang ada dalam suatu lafadz al Qur'an adalah :
  1. Warna merah pada huruf dan harokat. Jika yang berwarna merah adalah huruf dan harokatnya, maka ini menunjukkan kategori lafadz benda (isim) baku. Apabila warna merahnya hanya pada harokatnya saja, maka ini menunjukkan kategori lafadz benda jadian. Warna merah pada lafadz tersebut menjadi ciri (tanda) ke-isiman. Warna ini berkaitan dengan warna hitam dan hijau.
  2. Warna biru pada huruf dan harokat. Jika yang berwarna hijau adalah huruf dan harokatnya, maka ini menunjukkan kategori lafadz kerja (fi'il). Warna lain yang berkaitan dengan isyarat ke-fi'ilan ini adalah kuning dan coklat.
  3. Empat warna pada huruf dan harokat yang mempresentasikan lafadz (kata) yang berfungsi sebagai kata depan sebelum isim dan fi'il. Empat warna tersebut adalah pink, ungu, olive dan orange.
TAHAPAN PEMBELAJARAN METHODE AS SYAFAQ
Untuk memudahkan pembelajaran di methode ini, pelajar dididik melalui empat tahapan pembelajaran, yaitu:
  1. Tahapan pertama : Tahapan pengenalan dan pemahaman lafadz (kata),
  2. Tahapan kedua : Tahapan identifikasi lafadz Isim, Fi'il dan Huruf.
  3. Tahapan ketiga : Tahapan penerjemahan lafadz Dengan Alat Bantu,
  4. Tahapan keempat : Tahapan penerjemahan ayat.
Dari ke-empat tahapan tersebut, maka tahapan yang menjadi penekanan di methode ini ada di tahapan pertama dan kedua. Di kedua tahapan ini, pelajar diperkenalkan karakteristik huruf dan lafadz dengan warna warna tersebut.

TEAM SMART-QURAN
Untuk terselenggaranya proses pembelajaran ini, maka dibentuklah suatu institusi atau lembaga pendidikan dan pelatihan al Qur'an yang diberi nama Smart-Q , yang merupakan kependekan dari Solusi Memahami Arti Tulisan Al Qur'an. Institusi inilah yang bertugas mensosialisasikan methode tersebut agar dikenal dikalangan masyarakat, sebagaimana dikenalnya beberapa methode pembelajaran al Qur'an lainnya seperti IQRA , Al BARQY maupun ASH SHOF dan GRANADA.
Dengan adanya methode ini, maka masyarakat memiliki banyak pilihan pembelajarannya sesuai dengan kapasitas dan keinginannya. Sehingga, akan tiba saatnya nanti , masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat muslim yang tidak hanya bebas dari buta huruf al Qur'an akan tetapi juga bebas dari buta arti hurufnya. Dengan terbebasnya dari dua model kebutaan tersebut, akan lahirlah masyarakat Qur'ani yang berkualitas. Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofuurun.
Perlu diketahui, karena Smart-Q adalah institusi baru dalam dunia pendidikan dan pelatihan al Qur'an, maka ada banyak kekurangan yang membuat kinerjanya belum maksimal. Terlebih lagi masih sedikitnya orang yang melapangkan waktunya untuk bergabung secara totalitas dalam Smart-Q Training Center. karena itu, kami dari Smart-Q mengajak generasi muda Islam yang peduli kepada pemberdayaan masyarakat islam untuk bergabung. Untuk itu, anda dapat menghubungi kami di Email: riqyzoehdanshiddiqy@Yahoo.com.

POLA KEGIATAN SMART QURAN
Ada dua pola kegiatan yang dikembangkan oleh Smart-Q dalam mensosialisasikan methode ini, yaitu melalui dua program. Yaitu: Program Pelatihan Mandiri (PPM) dan Program Pelatihan Bersubsidi (PPB). Kedua program ini dikemas dalam suatu gerakan bersama - dengan melibatkan seluruh masyarakat, baik masyarakat mampu maupun yang tidak mampu - yang disebut " BERBUAH AL QUR'AN " atau "Berantas Buta Arti Huruf Al Qur'an".
Kedua program tersebut dapat diikuti oleh siapa saja yang memenuhi syarat berikut:
a. Muslimin/ muslimat,
b. 'Aqil (lebih disukai yang juga sudah baligh),
c. Mampu membaca huruf Al Qur'an dengan baik dan benar,
d. Tidak buta warna,
e. Membayar beaya pelatihan,
f. Bersunguh-sungguh dan disiplin.

1. Program Pelatihan Bersubsidi (PPB)
Adalah suatu program pelatihan yang melibatkan pihak ketiga sebagai penyandang dana kegiatan baik tersebut baik secara penuh maupun sebagian. Program ini disediakan bagi pecinta kajian al Qur'an yang tak mampu (dhu'afa). Oleh karenanya, maka siapapun berkesempatan untuk mensukseskan program pembelajaran makna al Qur'an ini melalui keikutsertaannya dalam hal pembiayaan pelatihan sesuai dengan kerelaannya. Bagi yang berminat, dapat menghubungi kami di 08129434362.

2. Program Pelatihan Mandiri (PPM)Adalah program pelatihan yang bersifat mandiri atau bayar sendiri. Pelatihan ini disediakan bagi orang orang yang memiliki keinginan untuk belajar memahami al Qur'an dan mampu membayarnya sesuai dengan beaya yang ditetapkan, yaitu: Rp. 350.000,- (Tigaratus Limapuluh Ribu Rupiah). Beaya tersebut digunakan untuk pengadaan fasilitas kegiatan, seperti : 1 Buku Panduan Pelatihan, 1 buku Panduan teori, 1 Kamus Bahasa Arab Indonesia sederhana, dan materi pendukung lainnya.
TEMPAT KEGIATANKedua kegiatan ini dipusatkan di Sekretariat Smart-Q Jakarta yang beralamat di:Masjid Failaka, Lt.2 Jl. Palmerah Utara No.7 Slipi Jakarta Barat. Disamping itupun, kami juga membuka layanan informasi pelatihan melalui beberapa nomor kontak berikut , yaitu: Depok/Bogor Telp. 021-87987569 (Miftahudin). Tangerang Telp. 021-5531956 (Ahmad Sumantri Lubis). Sedangkan untuk wilayah Cikampek dan sekitarnya, bisa hubungi nomor 085624812973 (Ahmad Musa Sanadi).

IKHTITAM
Fahmus Su-al Nisfuj Jawab; mengerti pokok permasalahan adalah setengah dari jawaban, adalah salah satu kata bijak yang dapat memotivasi setiap diri untuk sungguh sungguh dalam memahami suatu permasalahan. Terlebih lagi masalah yang berkaitan dengan pemahaman ayat Al Quran.
Faham terhadap makna ayat al Qur'an bukan hanya kewajiban akan tetapi kebutuhan hidup setiap manusia. Hal ini disebabkan vitalnya peranan al Qur'an dalam membimbing jiwa manusia menuju kesuksesan abadi dalam kehidupan akhirat kelak. Karena urgennya kemampuan ini, sampai sampai sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu minta agar Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam berdo'a untuknya. lalu beliaupun berdo'a untuknya. Adapun do'a tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam syarah kitab Riyaadhus Shalihin adalah sebagai berikut: "Allahumma faqqih-hu fid dien, wa 'allimhu al hikmata wa at ta-wil. Allahumma 'allimhu ta-wiila al Qur-ana. Allahumma baarik fiihi, Wansyur minhu, Waj'alhu min 'ibaadika ash sholihiin. Allahumma zidhu 'ilman wa fiqhan" , artinya : "Ya Allah, berilah ia kemampuan memahami urusan agama, dan ajarkanlah kepadanya hikmah dan ta-wil. Ya Allah berilah ia kemampuan dalam menta-wil (memahami) al Qur'an. Ya Allah berkatilah dirinya, dan tebarkanlah keberkahan darinya. Jadikanlah ia bagian dari hamba-hambaMu yang sholih. Ya Allah, tambahkanlah selalu ilmu dan pemahamannya."

Akhirnya, semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa membimbing setiap kita dalam menjalani kehidupan ini. Hingga tiba saatnya nanti, kita menghadapNya, maka saat itu menjadi saat terindah dalam hidup ini.

Walhamdulillahirabbil'aalamin.